Disini dibahas tentang metode ilmiah dan struktur pengetahuan ilmiah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejak zaman dahulu manusia telah
memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan tersebuat merupakan
pengalaman pribadi seseoaramg atau sekelompok orang. Pengalaman-pengalaman itu
ada yang berasal dari temuan diri sendiri, dan ada pula hasil temuan orang
lain. Baik temuan diri sendiri maupun temuan orang lain tentu berkaitan dengan
bagaimana cara seseorang atau kelompok itu menemukan pengetahuan itu.
Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera manusia tentu mengalami
kelemahan. Untuk itulah perlu adanya pemahaman tentang pengetahuan. Pemahaman
tersebut dapat berupa ruang lingkup pengetahuan, bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan, dan bagaimana pula untuk mendapatkan pengetahuan yang berdasarkan
metode ilmiah. Pengetahuan yang didapatkan dengan cara-cara ilmiah tentu akan
menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya dan bertahan cukup lama.
Sehubungan dengan itu dalam filsafat
kita mengenal bagian-bagiannya, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Ontologi membicarakan objek-objek apa yang terjadi pembicaraan suatu ilmu,
epistemologi membicarakan bagaimana suatu ilmu didapat, sedangkan aksiologi
bagaimana pemanfaatan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Begitu
pentingnya epistemologi sebagai suatu ilmu yang membicarakan asal-usul dan cara
mendapatkan pengetahuan, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai epistemologi.
1.2 Rumusan
Masalah
Beradasarkan latar belakang
makalah diatas selanjutnya timbul beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1.Apa
pengertian Metode Ilmiah dan Struktur Pengetahuan Ilmiah.
2.Apa saja macam-macam metode ilmiah.
3. Apa saja fungsi pengetahuan
ilmiah.
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui metode ilmiah dan struktur pengetahuan ilmiah. Adapun manfaat
tulisan ini sebagai penambahan wawasan khususnya diri penulis, kemudian juga
kawan-kawan mahasiswa program studi kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 METODE
ILMIAH DAN STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH
Pengertian metode ilmiah secara etimologis,
metode berasal dari bahasa yunani, yaitu “ Meta” yang artinya sesudah atau
dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Ada juga
yang mengatakan metode berasal dari bahasa yunani ‘Methodos’ yang berarti
jalan. Sedangkan dalam bahasa latin ‘Methodus’ berarti cara. Metode menurut
istilah adalah suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan
prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin
(bidang studi) untuk mecapai suatu tujuan-tujuan jadi, ia dapat dikatakan
sebagai cara kerja ilmiah.
Metode
ilmiah merupakn suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola
kerja, cara teknis, dan cara langkah untuk memperoleh penetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah ada.
Pengertian struktur pengetahuan
ilmiah penetahuan ilmiah atau ilmu (bahasa inggris science dan latin scientia
yang diturunkan dari kata scire), memiliki makna ganda, yaitu; mengetahui (to
know), dan belajar (to learn). Sisi pertama to know menunjuk pada aspek statis
ilmu, yaitu sebagai hasil, berupa pengetahuan sistematis. Pengetahuan yang
diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat
keilmuan (ilmu). Unsur disiplin membuat ilmu berkembang dengan cepat, ilmu
adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelekan berbagai gejala alam yang
memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala
tersebut berdasarkan penjelasan yang ada.
Pengetahuan
yang diproses berdasarkan metode ilmiah merupakan pengetahuan yang “memenuhi
syarat-syarat keilmuan”, dan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah ini
diproses melalui serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakuakan dengan
penuh disiplinan, dan dari karakter inilah maka ilmu sering dikonotasikan
Sebagai
disiplin. Metode ilmiah mempunyai mekanisme “umpan balik” yang bersifat
korektif, yang memungkinkan upaya keilmuan menemukan kesalahan yang mungkin
diperbuatnya.
2.2 Metode
Ilmiah
Suatu pengetahuan dapat disebut
sebagai pengetahuan ilmiah bila didukung dua komponen yaitu konteks penemuan
(contekt of discovery) dan konteks justifikasi (contekt of justification) yang
memberikan justifikai dalam penemuan tersebut. Dalam metode penemuan yang
merupakan hasil induksi dari pengamatan. Konteks justifikasi diberikan
kemudian, yaitu berupa deduksi dari pengetahuan yang ditemukan, yang
selanjutnya dierifikasi secara empirik. Untuk mendapatkan temuan yang ilmiah
atau menggunakan metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu adalah pengetahuan
yang didapatkan lewat metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai
cara kerja pikiran.
Dengan cara kerja inilah maka
pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik tertentu yang
dinamakan pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji sehingga
pengetahuan tersebut dapat diandalkan.
2.2.1 Macam-macam Metode Ilmiah
Berdasarkan objek pengamatannya
dibagi menjadi dua yaitu:
A.
Metode siklus-empirik
Metode sillus-empirik ini menunjukan
pada dua macam hal yan pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu
kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan empirik yng menunjukan pada
sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat
diregistasi secara indrawi. Metode ini digunakan dalam ilmu-ilmu kealaman (naturwissenschaft).
B.
Metode linier
Metode linier pada umumnya digunakan
dalam ilmu-ilmu sosial dan humanistik (Geistenswissenschaft dalam bahasa
inggris dikenal the humanities).
Berikut
ini adalah beberapa macam metode ilmiah di antaranya adalah yang dikemukakan
oleh Amsal Bakhtiar (2006:152) sebagai berikut. Pengetahuan yang diproleh
manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode sendiri dalam
pengetahuan, diantaranya adalah:
1.
Metode Induktif. yaitu suatu metode yang menyimpulkan
pernyataan-pernyataan hasil obserfasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang
lebih dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
2.
Metode Deduktif. yaitu suatu metode yang
menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu pernyataan
yang runtut.
3.Metode
Positifisme. Yaitu suatu metode yang
berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif.
4.
Metode Kontemplatif. Mengatakan adanya
keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga
objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda seharusnya dikembangkansuatu
kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
5.
Metode Dialektis. Yaitu metode tanya
jawab (Socrates), metode dialektis adlah
diskusi logika.
Banyak
metode yang dapat digunakan untuk mencari kebenaran suatu ilmu. Metode ilmiah
adalah penting bukan saja dalam proses penemuan pengetahuan umum terlebih bagi
dalam mengkomunikasikan penemuan ilmiah tersebut kepada masyarakat ilmuan. Alur
piker yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah
yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berfikir ilmiah
yang berintikan proses logico-hypothetico-ferifikasi pada dasarnya terdiri dari
langkah-langkah tertentu seperti berikut ini.
A.
Perumusan masalah. Perumusan
masalah adalah pertama kali dilakukan. Dalam perumusan makalah ini perlu
disusun masalah sejelas mungkin, mulai dari fariabel-fariabel penelitian sampai
dengan definisi fariabel itu sendiri.
B.
Perumusan hipotesa. Hipotesis merupakan
suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang diajukan
dalam proyek ilmiah. Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian
yang seksama atau topic proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis
ini perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang seksama.
C.
pengujian hipotesa. Eksperimen dirancang dan
dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungan semua fariabel,
yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Ada 3 jenis fariabel yang perlu
diperhatikan pada eksperimen: fariabel bebas, fariabel terkait, dan fariabel
control.
D.
Penarik kesimpulan. Kesimpulan proyek
merupakan ringkasan hasil proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana hubungan
antara hasil eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen
yang bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya.
2.2.2 Pembagian
ilmu berdasarkan objek dalam metode ilmiah.
Berdasarkan objek yang diamati
dalam metode ilmiah, maka ilmu dibagi menjadi dua bagian yaitu:
A.
Naturwissenschaft
Istilah jerman naturwissenschaften
berarti ilmu kealaman yang objeknya adalah benda-benda fisik. Termasuk dalam
tipe ilmu-ilmu kealaman adalah ilmu-ilmu seperti ilmu-ilmu fifika, kimia dan
biologi, serta ilmu-ilmu khusus lain yang merupakan pengkhususan lebih lanjut
ataupun cabang-cabang dan ilmu-ilmu tersebut, yang selanjutnya berkembang
menjadi ilmu yang berdiri sendiri, misalnya Fisiologi, Anatomi dan sebagainya.
B.
Geistenswissenschaften/the humanities
Geistenswissenschaften berarti
ilmu-ilmu yang objeknya adalah hasil atau ekspresi roh manusia.
Geistenswissenschaften sering disebut ilmu-ilmu sosial ataupun ilmu-ilmu
human/kemanusiaan, yang dalam kerangka penulisan ini untuk
selanjutnya
digunakan istilah ilmu-ilmu sosial-humanistik ini antara lain adalahEkonomi,
Sejarah, Sosiologi, Antropologi sosial/budaya, Ilmu Hukum, Psikologi
(untuk
sebagian), Ilmu Bahasa,dan Ilmu Komunikasi (Theodorson, 1970) Ilmu-ilmu sosial
humanistic seringkali disebut juga ilmu-ilmu tingkah laku (Behioral science)
dan melalui istilah Geistenswissenschaften tercakup pengertian luas, sehingga
kerap kali mencakup juga ilmu pengetahuan budaya.
2.3 Struktur
Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut
metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan
dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan
kumpulan pengetahuan yang mempunyai sifat menjelaskan berbagai gejala alam
tersebut berdasarkan penjelasan-penjelasan yang ada.
2.3.1
Gambaran umum struktur pengetahuan ilmiah
Sebelum
membahas skema struktur pengetahuan ilmiah, terlebih dahulu akan dijelaskan
mengenai pengertian dari struktur. Pengertian struktur adalah cara bagaimana
sesuatu disusun atau dibangun, susunan, bangunan (KBBI, 2004:128). Sementara
menurut senn dalam suriasumantri (1990:128) meskipuntidak secara gambling ia
menyampaikan bahwa ilmu memiliki bangun struktur.
Ilmu itu bagaikan bangunan yang
tersusun dari batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung
di dapat di alam sekitar.
Lewat obserfasi ilmiah batu-batu
sudah dikerjakan sehingga dapat dipergunakan. Upaya ini tidak dilakukan dengan
sewenang-wenang, melinkan merupakan hasil petunjuk yang menyertai susunan limas
ilmu yang menyeluruh akan makin jelas bahwa teori secar berbeda-beda meresap
sampai dasar ilmu.
Istilah pada ilmu pasti yang lama
masih merunjuk pada sesuatu seperti ruang (ruang fisis), garis lurus (garis
lurus lintasan sinar cahaya dalam hampa udara), sekarang lebih baik diganti
dengan lambang tanpa arti seperti Y. Perkataan tertentu
bisa
disebut aksoima yang sebetulnya merupakan semacam definisi mengenai
istilah-istilah itu, memberikan petunjuk bagaimana pengertian dasar ini dapat
dipergunakan.
Pengetahuan yang diproses menurut
metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan atau
yang disebut sebagai ilmiah atau ilmu. Pengetahuan ilmiah ini diproses lewat
serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan dengan penuh kedisiplinan,
dan dari karakteristik inilah maka ilmu sering dikonotasikan sebagai disiplin.
Kemudian, disiplin ini memungkinkan ilmu berkembang relative lebih cepat bila
dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Ilmu diibaratkan sebagai
piramida terbalik dengan perkembangan pengetahuannya yang bersifat kumulatif
dimana penemuan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang lainnya.
Sebuah hipotesis yang teruji secara
formal diakui sebagai pernyataan pengetahuan ilmiah yang baru memperkaya
khasanah ilmu yang telah ada.
Metode ilmiah mempunyai mekanisme
umpan balik yang bersifat korektif memungkinkan upaya keilmuan menemukan
kesalahan yang mungkin diperbuat,. Apabila sebuah pengetahuan baru itu benar,
maka akan diterima oleh orang banyak. Sebaliknya, jika pengetahuan baru itu
salah, maka lambat laun akan diketahui dan diperbaharui.
2.3.2
Hal-hal yang berkaitan dengan ilmu
Pada dasarnya ilmu dibangun secara
bertahap dan sedikit demi sedikit. Dimana para ilmuan memberikan pemikiran
menurut kemampuan masing-masing. Lalu, ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan
serangkaian tindakan untuk menguasai gejala itu berdasarkan penjelasan yang
ada.
Sementara itu, teori diartikan
sebagai pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor
tertentu dari sebuah disiplin ilmu.
Contohnya, dalam ilmu ekonomi dikenal teori ekonomi makro dan mikro,
sedangkan dalam fisika dikenal dengan teori mekanika Newton dan teori
relatifitas. Sebuah teori bisanya terdiri dari hukum-hukum. Dalam teori ilmu
ekonomi mikro misalnya kita mengenal hokum permintaan dan penawaran. Jika
permintaan naik maka harga akan
naik pula. Namun, sebaliknya jika permintaan berkurang, maka harganya pun akan
turun pula.
Pengetahuan ilmiah dalam bentuk
teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi atau secara ideal
harus bersifat universal. Sekiranya hukum
permintaan
dan penawaran hanya berlaku buat padi dan terbatas di daerah karawang saja,
misalnya pengetahuan semacam ini kurang fungsional sebagai teori ilmiah.
2.3.3 Fungsi
pengetahuan ilmiah
Berikutnya adalah ilmu atau pengetahuan
ilmiah mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut:
1.
Menjelaskan ilmu dapat menjelaskan
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini.
2.
Meramal ilmu dapat memprediksi
hal-hal apa yang akan terjadi dan menyiapkan antisipasi.
3.
Mengontrol ilmu senantiasa
mengontrol perkembangan dan kemajuan zaman.
Berdasarkan
uraian tersebut, sebagai contoh dari fungsi pengetahuan ilmiah tentang
keterkaitan antara hutan gundul dengan banjir memungkinkan kita untuk bisa
meramalkan apa yang akan terjadi sekiranya hutan-hutan terus ditebang sampai
tidak tumbuh lagi. Sekiranya kita tidak menginginkan timbulnya banjir
sebagaimana diramalkan oleh penjelasan tadi, maka kita harus melakukan kontrol
agar hutan tidak dibiarkan menjadi gundul. Dari ramalan tersebut kita bisa
melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
Demikian juga, jika kita mengetahui bahwa hutan-hutan tidak ditebang sekiranya
ada pengawasan, maka untuk mencegah banjir kita harus melakukan kontrol agar
kegiatan pengawasan dilakukan, agar dengan demikian hutan dibiarkan tumbuh
subur dan tidak mengakibatkan banjir.
Ada
empat jenis pola penjelasan dalam metode ilmiah, yaitu:
1.
Deduktif mengunakan cara berfikir
deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara logis
dan premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya,
2.
Probabilitas merupakan penjelasan
yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus yangdengan demikian tidak
memberi kepastian dimana penjelasan bersifat peluang seperti “kemungkinan”, “kemungkinan
besar” atau “hampir dapat dipastikan”.
3.
Fungsional/Teleologis Merupakan penjelasan yang meletakan
sebuah unsure dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan mempunyai karakteristik
dan perkembangan tertentu.
4.
Genetik Menggunakan
faktor-faktor yang timbul sebelumnya dengan menjeaskan gejala yang muncul
kemudian.
selamat membaca, semoga bermanfaat :)
No comments:
Post a Comment